DIENG CULTURE FESTIVAL

by - 12.58.00




     Berawal dari keinginan saya untuk mengetahui dan merasakan suasana pada acara Dieng Culture Festival yang diadakan di daerah Dieng yang didalamnya terdapat beberapa rangkaian acara yang membuat saya tertarik dalam acara DCF ( Dieng Culture Festival ) yakni Jazz atas awan, penerbangan lampion, dan acara utamanya yaitu pemotongan rambut gimbal anak Dieng. Sebelum tahu apa itu acara DCF, saya pertamakali diberitahu oleh salah satu teman saya yang pernah mengikuti acara ini sebelumnya dan ditambah beberapa informasi yang saya lihat di beberapa media sosial. Ternyata rangkaian acaranya membuat saya tertarik untuk pertamakalinya dan kebetulan teman saya mengajak saya untuk ikut meramaikan acara tersebut bulan Agustus ini. Tanpa berfikir panjang saya langsung menyetujui ajakan teman saya tersebut karena saya juga belum pernah merasakan acara seperti itu sebelumnya ditambah rasa penasaran saya yang sangat tinggi akan hal yang belum saya ketahui sebelumnya.

     Partner saya untuk ke Dieng kali ini namanya Muzaki yang lagi kuliah dan kos di Solo sebenarnya asli Gresik, jadi rencana saya adalah berangkat tanggal 5 agustus sekitar selesai subuh pukul 05:00 dan menuju ke kos teman saya dan bermalam di Solo. Trip ke Dieng ini saya tetap menggunakan motor kesayangan yang sering saya gunakan untuk touring ke beberapa kota sebelumnya. Sebelum berangkat ke Solo bensin motor sudah keadaan full malamnya biar pas berangkat tidak mampir-mampir ke Pom bensin dan biar tahu seberapa banyak pengeluaran untuk biaya bensinnya.

     Perjalanan menuju Solo kali ini saya diberitahu teman saya bahwa lewat jalur Bojonegoro saja dengan alasan lebih cepat, jadi untuk menuju Solo saya melewati beberapa kota yaitu Lamongan, Bojonegoro, Cepu, Ngawi, dan terakhir Solo. Perjalanan seperti biasa melewati pemandangan hijau yang menyejukan mata yang masih mengantuk pagi itu. Sesampai di perbatasan jawa timur-jawa tengah waktu itu sekitar pukul 09:00 saya berhenti sebentar untuk beristirahat setelah berjam-jam diatas motor. Sambil beristirahat saya menyempatkan untuk berfoto terlebih dahulu diperbatasan ini sambil update sosmed bentar biar eksis...hehehehee... Selesai beristirahat dan mendinginkan mesin motor sejenak perjalanan saya lanjutkan kembali, tidak jauh dari perbatasan antara provinsi jawatimur-jawa tengah saya sempat untuk mengisi bensin full sekitar Rp. 25.000. Selesai isi bensin saya lanjutkan perjalanan hingga sampai juga di Solo sekitar pukul 10:50 di kos teman saya. Sampai kos langsung diajak makan didekat kosnya setelah itu saya memutuskan untuk istirahat karena malamnya nanti akan diajak ngopi di daerah magetan yang katanya suasananya yang pas buat ngopi di malam hari.

Rehat sejenak di perbatasan provinsi
     Waktu berjalan begitu cepat dan hari mulai gelap, waktu itu saya bangun-bangun ternyata sudah maghrib dan badan terasa masih capek akibat 6 jam perjalanan dari kota Gresik-Solo. Setelah bangun saya langsung bergegas mandi dan sholat setelah itu langsung berangkat ke tempat ngopi yang dijanjikan teman saya sebelumnya, waktu itu berangkat dari kos sekitar pukul 19:00 dan sampai tempat ngopi sekitar pukul 22:00 karena di pertengahan jalan kami sempat berteduh dikarenakan hujan yang sangat lebat dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan dilanjutkan setelah menunggu hujan reda, dan ternyata baru saya sadari bahwa tempat kami ngopi itu melewati perbatasan jawa timur-jawa tengah kembali. Jadi seharian ini saya bolak-balik melewati perbatasan antara jawa timur-jawa tengah sebanyak 3 kali. Ditempat ngopi kami bercerita sana-sini sambil menikmati udara yang dingin ditemani kopi dan tahu goreng panas Rp 10.000....suasana yang benar-benar pas untuk ngopi malam ini. Setelah puas menikmati kopi dan udara dingin disini kami memutuskan untuk kembali waktu itu sekitar pukul 00:00 kami balik dari tempat ngopi. Waktu itu kami tidak langsung ke kos dulu melainkan mampir ke rumah salah satu temanMuzaki untuk meminjam peralatan camp seperti carier, tenda, SB, dan lampu untuk jaga-jaga di Dieng apabila nanti tidak dapat penginapan bisa langsung buka tenda. Setelah dari pinjam peralatan camp Muzaki mengajak untuk makan terlebih dahulu di dekat salah satu pasar dekat kos. Setelah makan barulah kami menuju kos dan sampai kos waktu itu sekitar pukul 03:00 pagidan kami langsung istirahat untuk mempersiapkan stamina kami menuju Dieng.

HARI KE 1

     Pagi itu tanggal 6 Agustus kami bangun pukul 07:30 dengan badan yang masih capek akibat pergi ke tempat ngopi yang lumayan jauh bagi saya..gimana nggak jauh, ngopi aja membutuhkan 3jam perjalanan dan kebayang kalau PP sekitar 5-6jam an...hahahaha...tapi semua itu terbayar sih dengan suasana yang medukung disana waktu itu. Melanjutkan setelah bangun pagi kami langsung mandi dan mempersiapkan semua perlengkapan yang harus dibawa sekalian untuk sarapan sebelum melanjutkan perjalanan menuju Dieng. Kami berangkat dari kos tepat pukul 10:00 tetapi waktu itu kami mampir di pasar gede terlebih dahulu untuk membeli tembakau. Pembelian tembakau ini sebenarnya dari keinginan saya yang ingin mencoba merokok menggunakan tembakau langsung tanpa ada campuran bahan kimia seperti rokok-rokok yang dijual di supermarket dan toko-toko biasanya. Jadi untuk merokok menggunakan tembakau langsung ini yang pasti harus melinting kertas berisi tembakau dan kemudian nantinya akan berbentuk layaknya seperti rokok biasanya, jadi disini saya mendapatkan pelajaran atau pengalaman baru yaitu melinting/membuat rokok sendiri. Tembakau ini nantinya akan digunakan di Dieng sebagai penghangat disaat kami merasa kedinginan, pada waktu itu kami membeli beberapa macam tembakau mulai dari yang menthol sampai rokok menyan...baru kali ini saya dengar yang namanya rokok menyan...hiii seremmm. Belanja tembakau di pasar saat itu habis sekitar Rp. 60.000 dengan mendapatkan tembakau gudang garam, menthol, rokok menyan, dan kertas bungkus tembakau.

Lagi belanja tembakau
Tinggal pilih tembakau kesukaan
     Setelah membeli macam-macam tembakau kami mampir ke pom bensin terdekat untuk mengisi bensin sampai full agar nantinya kami bisa tahu berapa banyak uang untuk bensin ini, waktu itu kami hanya mengisi bensin Rp. 20.000 karena masih ada bensin sisa sebelumnya. Kemudian selesai dari mengisi bensin kami langsung tancap gas menuju Dieng dengan jalur yang kami lewati nantinya yaitu Solo, Boyolali, Salatiga, Magelang, Temanggung, Wonosobo, dan terakhir Dieng. Perjalanan kami kali ini melewati hamparan hijau yang luas seperti sawah dan juga gunung andong, jalur ini sangat tidak membosankan daripada harus menggunakan jalur utama. Sekitar pukul 12:00 kami memutuskan untuk berhenti di daerah Magelang untuk menunaikan sholat jum’at dan sekalian untuk beristirahat sejenak. Setelah selesai sholat jum’at kami melanjutkan perjalanan kembali waktu itu sekitar pukul 13:00 dan pukul 14:00 kami kembali berhenti di daerah dekat dengan Wonosobo yaitu di pasar legi untuk membeli tembakau kembali, karena teman saya ini mencari tembakau yang usianya sudah lama dan alhasil kami menemukan tembakau yang cukup mantap buat kami bawa ke dieng, Kalau tidak salah nama tembakaunya yaitu “Sindoro” seperti nama gunung yah....yang harganya Rp. 35.000/ons waktu itu kami hanya membeli 2ons saja yang nantinya dapat dibagi buat oleh-oleh teman yang ada di rumah.

Muzaki lagi pilih tembakau yang cocok
     Setelah dari pasar legi kami melanjutkan perjalanan kembali sekitar pukul 14:30 dengan melewati view yang tidak bosan-bosannya yaitu hamparan hijau di tambah gunung sumbing dan sindoro. Setelah melewati gunung tersebut sampailah kami di Wonosobo kota sekitar pukul 15:30 dan sekalian mampir untuk membeli bensin Rp. 25.000 karena bensin pada motor saya sudah hampir habis. Selesai mengisi bensin kami mampir ke tempat teman saya yang ada di Wonosobo yang kebetulan dia adalah teman saya dari Gresik yang sedang bekerja di Wonosobo, jadi kami sempatkan untuk bertemu sebentar sekalian untuk beristirahat sambil makan jajanan RP. 10.000 disana dan sholat.

View gunung Sindoro
     Waktu tak terasa berjalan begitu cepat ditambah udara semakin dingin waktu itu pukul 18:00 kami berpamitan untuk meneruskan perjalanan kami menuju Dieng yang hanya beberapa menit dari Wonosobo. Pada pukul 19:00 sampailah kami di Dieng dengan suhu udara yang menurut saya cukup dingin ditambah ban motor saya bocor waktu itu, berhubung sudah malam maka tidak ada tambal ban yang buka kami langsung menuju tempat penginapan. Waktu itu kami bermalam di rumah teman yang kebetulan dia adalah salah satu pengisi acara di DCF sebagai dalang, namanya adalah Dedi. Menurut cerita dia sudah mengikuti acara tahunan ini tanpa pernah absen sebagai dalang disana...jarang banget emang ada anak muda yang mau sebagai dalang dijaman ini...saya akuin jempol deh buat mas Dedi karena masih mau untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.

     Setelah masuk di rumah mas Dedi ternyata ada 3 anak lain yang berasal dari ISI solo yang dimintai mas Dedi untuk membantunya sebagai sinden pas acara wayang berlangsung. Suasana semakin hangat karena keluarga mas Dedi yang sangat ramah ditambah teman baru dari Solo, seperti biasa kami berkenalan dan ngobrol kesana-kemari hingga waktu tak terasa semakin larut. Waktu itu pukul 21:00 mas Dedi mengajak kami semua menuju komplek candi arjuna dimana nantinya ada sebuah acara musik jazz. Setelah kami mulai dekat di area tersebut banyak sekali muda-mudi dari berbagai penjuru kota yang ingin merasakan jazz diatas awan ini. Setelah sampai dilokasi kepadatan orang semakin bertambah disana karena banyak sekali acara yang disuguhkan pada saat event DCF malam ini seperti Jazz diatas awan, tari sintren,dll. Di area ini banyak sekali stand yang menjual dari perlengkapan outdoor, snack, minuman panas, oleh-oleh khas dieng. Jadi buat temen-temen tidak usah bingung ketika berada disini karena semua yang diinginkan malam ini sudah tersedia disini, pada waktu itu saya di jazz gunung hanya membeli kopi panas Rp. 10.000. Setelah dirasa puas menikmati jazz atas awan kami memutuskan untuk kembali ke rumah sekitar pukul 23:00 dan langsung beristirahat karena kami masih merasa capek perjalanan hari ini yang dimulai dari Solo-Dieng.

Dinginnya es krim kalah sama dinginnya suhu di Dieng malam itu
Suasana jazz gunung malam pertama
Salah satu stand kopi yang saya datangi
Foto duluk yakkk

HARI KE 2

     Keesokan harinya pukul 07:30 kami dibangunkan oleh mas Dedi dan diajak ke bukit scotter untuk jalan-jalan di ladangnya sambil mengambil beberapa sayuran yang siap dipanen untuk dijadikan lauk sarapan pagi itu. Setelah dibangunkan mas Dedi kami semua bergiliran untuk mandi dan beberapa teman lain ada yang tidak mandi karena air disini terasa dingin sekali seperti air dari es batu, karena saya mandi pertamakali dan merasakan dingin luar biasa air Dieng di pagi hari. Tidak ada kesegaran yang saya dapat mandi di pagi hari waktu itu, melainkan rasa sakit yang saya dapat ketika mengguyurkan air dari bakmandi ke badan saya.....untuk siraman pertama memang membuat badan saya menggigil tapi setelah itu badan sudah bisa menerima dengan baik tapi tetap saja masih merasakan sakit di beberapa titik badan. Setelah mandi saya langsung bergegas untuk ganti baju dan berangkat bersama-sama ke bukit scotter sekitar pukul 09:00. Perjalanan ke bukit scotter pertamanya tidak begitu terjal, tapi lama kelamaan perjalanan semakin berat karena jalan yang mulai sedikit demi sedikit mulai terjal. Ada salah satu teman saya yang dari ISI cewek nampaknya sudah mulai kelelahan pada start awal naik bukit scotter ini. Akhirnya mas Dedi menyuruh teman kampungnya untuk membawa motor dan menggonceng teman saya itu untuk sampai di bukit scotter. Untuk masuk ke bukit scotter ini awalnya dikenakan biaya Rp. 5.000/orang berhubung kami adalah tamu dari mas Dedi alhasil kami di gratiskan masuk dengan cara Muzaki membawa semacam Golok dan karung dan melihatkan kepada penjaga yang ada di pintu masuk bukit scotter dengan bilang “saya disuruh mas Dedi ambil hasil ladangnya” dan langsung penjaganya mengizinkan kami semua tanpa dipungut biaya.

Tidur dirumah pakek SB
Otw bukit scotter
Salah satu aktivitas warga Dieng yaitu lagi panen
     Setelah sampai diareal parkiran bukit scotter kami mulai menyusuri jalan setapak karena dikanan dan kiri jalan adalah ladang milik warga setempat yang ditanami sayuran mulai dari kentang, lombok, wortel, dll. Kami sangat senang pagi ini karena secara tidak langsung sudah melakukan salah satu aktivitas warga Dieng sehari-harinya yaitu bercocok tanam. Setelah melewati jalanan setapak yang berliku-liku sampailah kami diladang milik mas Dedi, ladang yang dimiliki cukup luas karena banyak sekali sayuran yang ditanam diladang ini. Waktu itu kami mengambil beberapa sayuran seperti wortel, lombok, daun bawang, kentang, dan buah carica. Setelah karung sudah terisi cukup banyak kami memutuskan untuk kembali kerumah dan melanjutkan aktivitas berikutnya yaitu masak-masak. Pada saat di bukit scotter kami tidak lupa untuk mengabadikan momment pagi ini dengan berfoto dan membuat beberapa video, setelah itu pukul 11:00 kami menuju rumah dengan membawa hasil panen kali ini.

Jalan setapak untuk menuju ladang
Hasil jarahan hari ini
Otw pulang dari ladang
Nice view
Warga setempat lagi berjemur ^^
     Sesampainya dirumah mas Dedi kami langsung membagi tugas untuk masak-masak kali ini, ada yang membuat sambal, ada yang bagian penggorengan,ada juga yang nonton aja...hahahahaha. Setelah masakan sudah matang keluarga mas Dedi dan kami semua yang bermalam di rumah mas Dedi langsung berkumpul dan makan bersama-sama. Sungguh menjadi momment yang hangat dengan keluarga baru dan teman baru di rumah ini, yang awalnya tidak kenal menjadi kenal. kami semua makan sangat lahap dan sedikit merasakan hal yang berbeda karena  usaha kami semua mengambil hasil panen dan kemudian kami masak bersama hal itu lah yang saya rasakan terasa sangat special dan beda daripada makan sebelum-sebelumnya. Setelah selesai makan kami sedikit mengobrol-ngobrol dan ditambah candatawa yang menjadikan suasana terasa lebih hangat dan menjadi lebih kekeluargaan, setelah itu kami semua balik ke ruangan istirahat dan melakukan aktivitas masing-masing ada yang jalan-jalan, ada yang maen Hp, ada juga yang balik molor...hahahaha.

Ini nih kreatif, bakar sosis di penghangat ruangan
Kangen suasana makan bareng kayak gini lagi
     Waktu terasa sangat cepat dan takterasa sudah sore yang waktu itu menunjukan pukul 15:30, saya dan Muzaki sebelumnya ada plan untuk mencari tambal ban karena sebelum sampai ke rumah mas Dedi ban motor saya bocor dan disekitar rumah mas Dedi waktu itu tidak ada tambal ban yang buka dikarenakan sudah malam hari, oleh sebab itu kemarin motornya langsung saya bawa kerumah mas Dedi dan hari ini kami ingin mencari tambal ban agar tidak kepikiran waktu akan balik ke Solo nantinya. Setelah dari Sholat ashar kami keluar untuk mencari tambal ban dan untungnya menemukan tambal ban yang masih bukak karena masih sore, soalnya kalau hari mulai gelap jalanan disini semakin dipadati oleh orang-orang yang ikut merayakan DCF. Selesai menambal ban kami membayar Rp. 8.000 dan balik ke rumah mas Dedi lagi sambil bersantai menunggu malam datang, yang awalnya saya hanya bermain HP malah ketiduran lagi...hahahaha...maklum suasana disini paling enak buat molor. Waktu itu saya bangun lagi sekitar pukul 20:00 gara-gara dibangunin buat nganter mas Dedi yang malam ini akan tampil di acara DCF, kami berangkat ramai-ramai waktu itu sembari menghantarkan mas Dedi menuju lokasi wayang. Waktu itu kami serasa body guard yang lagi mengawal dalang yang nantinya tampil di acara pewayangan malam ini.

     Setelah sampai di lokasi pewayangan mas Dedi langsung menuju stage dan kami mulai berpencar ada yang menonton wayang dan ada yang menuju lokasi jazz beserta lampion. Waktu itu saya dan Muzaki pergi untuk ke tempat jazz nya karena anak-anak yang dari ISI dimintai mas Dedi untuk menjadi sinden nya maka dari itu kami berpencar. Sesampainya di pintu masuk saya sangat kaget karena banyak sekali orang-orang yang ingin menonton jazz malam ini, terlihat sangat jauh lebih banyak dari malam kemarin yang mungkin bisa menjadi 3x lipat dari malam kemarin. Untuk mendekati pintu masuk saja mengantri lumayan lama karena ada beberapa orang yang ingin keluar juga dari arah yang berlawanan sedangkan pintu masuknya tidak begitu lebar dan waktu itu menyebabkan orang saling dorong. Sungguh disayangkan DCF yang saya ikuti pertama kali ini karena di malam terakhir suasana tidak terkendali daripada malam kemarin sehingga menimbulkan beberapa keributan akibat saling dorong. Mungkin dikarenakan malam ini adalah malam terakhir acara DCF tahun ini ditambah dengan adanya pesta lampion plus bintang tamu jazz malam ini adalah Anji X drive yang membuat suasana semakin ramai di areal stage musik jazz. Waktu itu saya dan Muzaki masuk kedalam hanya meminum kopi seharga Rp. 10.000 dan menikmati pemandangan lampion yang bertebaran di langit Dieng dan langsung balik ke rumah mas Dedi karena kondisinya yang terlalu ramai dan tidak bisa menikmati acara musik jazz malam ini, waktu itu saya sampai rumah sekitar pukul 22:00 dan memilih untuk menghangatkan badan di ruangan saja lagipula malam sebelumnya saya sudah menikmati musik jazz dengan puas dan tidak terlalu ramai seperti hari ini. Dari awal memang saya sudah plan untuk malam ini hanya melihat pesta lampion saja dan itu sudah terpenuhi, oleh sebab itu saya langsung balik ke rumah dan beristirahat sampai besok pagi.

Pesta lampion
Cahaya di langit Dieng

HARI KE 3

     Keesokan paginya pukul 07:00 saya bangun terlebih dahulu daripada anak-anak yang lain dikarenakan yang lain pulang pagi sekitar pukul 02:00 dari acara DCF dan mungkin masih merasa kelelahan kali yah oleh sebab itu jam segini mereka masih belum bangun. Setelah bangun pagi saya mencoba untuk berjalan-jalan sebentar didepan rumah biar badan nggak merasa kedinginan dan sambil menunggu acara DCF pagi ini yaitu arak-arakan anak yang memiliki rambut gimbal, arak-arakan ini nantinya akan dilakukan disekitar pemukiman warga Dieng dan terakhir nanti akan menuju ke telaga warna yang mana rambut dari anak gimbal ini dipotong dan dilarung di telaga ini. Setelah berjalan-jalan didepan rumah saya kembali masuk kedalam sambil tiduran lagi, tiba-tiba pukul 08:00 terdengar suara dari salah satu warga yang memberikan informasi bahwa untuk kendaran yang diparkir didepan rumah supaya dimasukan kedalam atau dipindahkan ke tempat lain yang bertujuan agar tidak menghambat berlangsungnya arak-arakan anak rambut gimbal nantinya. Setelah mendengar teriakan dari salah satu warga tersebut anak-anak mulai terbangun mungkin gara-gara teriakan yang berulang-ulang dan menyebabkan tidur mereka terganggu. Sambil menunggu arak-arakan datang saya dan teman-teman memasak terlebih dahulu karena kami sudah mulai kelaparan, sarapan pagi kali ini disponsori oleh indomie dan beberapa sisa sayur yang kami panen kemarin. Setelah semua sudah siap kami langsung makan bersama seperti kemarin ditambah dengan candatawa di pagi hari ini. Selesai makan kami langsung membersihkan semua piring dan langsung menuju ke ruang tidur kami. Ruangan tidur kami sangat luas dan cukup untuk menampung 15 orang, memang ruangan ini sepertinya diseting untuk para tamu atau teman yang kebetulan lagi menginap dirumah mas Dedi.

Masih pada molor akibat begadang semaleman
     Waktu itu pukul 10:00 dan terdengar suara warga yang ramai, saya penasaran dong? Akhirnya saya keluar dan melihat situasi..saya kira ada maling atau apa,ternyata acara arak-arakan akan dimulai dan kebetulan startnya dekat dengan rumah mas Dedi. Saya waktu itu sangat senang bisa ikut acara DCF ini tanpa ada biaya apapun, soalnya untuk mengikuti semua rangkaian acara DCF tahun ini dipungut biaya Rp. 250.000an dengan mendapat tiket VIP jazz gunung, melihat lampion, sampai mengikuti acara larung rambut gimbal di telaga warna. Meskipun saya tidak bisa mengikuti acara larung ditelaga warna yang dikarenakan saya tidak mempunyai tiket, tetapi cukup dengan melihat arak-arakan anak rambut gimbal ini saya sudah merasa puas karena sebelum memutuskan pergi ke acara DCF ini saya hanya penasaran bagaimana sih suasana jazz gunung yang diselenggarakan di Dieng, ditambah dengan pesta lampion dan pengen tau seperti apa sih anak Dieng yang berambut gimbal itu? Soalnya dengar-dengar kalau anak yang diikutkan ruwat rambut gimbal semua kemauan anak itu harus dituruti apapun itu. Semua yang bikin saya penasaran sebelumnya akhirnya membuat saya tahu dan merasakan suasana baru di acara DCF di Dieng ini.

     Beberapa rombongan warga saat itu sudah mulai banyak yang datang ditambah dengan beberapa para wisatawan lokal maupun turis luar negeri yang ingin mengikuti acara ini, mereka semua sangat antusias dengan arak-arakan anak rambut gimbal ini dibuktikan dengan semakin padatnya ruas jalan, ada beberapa turis yang sedang berfoto dengan para pengawal dan anak gimbal tersebut. Kepadatan mulai bertambah kembali setelah ada Anji mantan Xdrive datang untuk mengikuti serangkaian arak-arakan ruwat rambut gimbal ini, banyak wisatawan yang mencoba untuk berfoto dengan Anji tapi disini saya hanya fokus pada anak rambut gimbal saja karena saya masih merasa penasaran dengan anak spesial ini.

     Setelah semua pengawal dan pengisi acara sudah berkumpul untuk mengikuti arak-arakan ini acara langsung dimulai dan perjalanan dimulai dari rumah mas Dedi. Setelah acara dimulai saya langsung fokus untuk merekam arak-arakan ini dan memfoto beberapa momen, saya melihat beberapa pengawal yang menunggangi kuda, anak gimbal yang menaiki kuda, dan beberapa rombongan warga dibelakangnya yang mengikuti arak-arakan ini, dan yang unik disini saya melihat mobil pickup yang memuat keinginan dari si anak spesial ini seperti speda kecil, beberapa boneka teddy bear lucu, ditambah dengan beberapa sajian makanan seperti tumpeng, ayam bakar, dan ketupat yang sangat banyak. Wiiiihhhhh.....banyak juga yah keinginan anak spesial ini, bayangkan kalau anda yang menjadi anak spesial itu, apa yang anda inginkan dibenak teman-teman ?

Kok rame yahhhh
Persiapan arak-arakan
Yang di ruwat anak kecil yang naek kuda sama bapak itu
Salah satu permintaan anak yang lagi diruwat
Salah dua permintaan anak yang lagi diruwat
Salah tiga permintaan anak yang diruwat, unyuk yakkk ^^
     Selesai arak-arakan berjalan jauh meninggalkan ruas jalan depan rumah mas Dedi, saya dan teman-teman bergiliran untuk mandi kemudian lanjut untuk berkeliling menuju tempat wisata disekitar Dieng. Sebelumnya kami merencanakan untuk pergi bersama-sama ke kawah sikidang pukul 12:30 dengan kendaraan berbeda saya dan Muzaki pergi menggunakan motor dan yang lain membawa mobil karena teman-teman dari ISI setelah dari kawah sikidang langsung balik kerumah masing-masing. Tetapi rencana kami batal setelah kami keluar dari gang rumah terlihat kendaraan yang sangat padat karena banyak wisatawan yang mengikuti larung menuju telaga warna dan telaga warna letaknya searah dengan kawah sikidang. Saya dan Muzaki bisa aja sih untuk melewati kemacetan ini, tetapi teman-teman yang menggunakan mobil tidak bisa untuk melaju seperti naek motor karena kendaran mobil benar-benar stuck dan berhenti sangat lama oleh sebab itu kami memutuskan untuk berpisah di tengah jalan.

     Saya dan Muzaki akhirnya membuat destinasi baru yaitu menuju batu ratapan angin yang letaknya dekat dengan telaga warna. Setelah melewati kemacetan yang cukup lama akhirnya sampai juga kami di batu ratapan angin dengan biaya tiket masuk Rp. 10.000/orang. Tempat ini viewnya sangat bagus dan banyak sekali spot untuk berfoto untuk temen-temen yang ingin berkunjung kesini. Untuk menuju batu ratapan angin ini saya parkir berada dibawah karena kemacetan yang tidak bisa terkontrol, oleh sebab itu kami parkir di bawah yang letaknya dekat dengan jalan utama. Sebenarnya ada parkiran diatas tetapi masalah kemacetan tadi akhirnya saya memutuskan untuk parkir dibawah dan kemudian kami melakukan treking dari parkiran bawah sampai menuju batu ratapan angin dengan trek yang menanjak sekitar 20 menit dari parkiran bawah. Sesampai di batu ratapan angin lumayan banyak wisatawan yang berkunjung kesana untuk berfoto, spot terbaik menurut saya disana adalah terletak di batu besar yang dimana dibawah kita bisa melihat view telaga warna dan spot lain yaitu di jembatan merah putih yang sebenarnya digunakan untuk outbound anak-anak tetapi disewakan untuk umum, Apabila ingin melewati jembatan merah putih dikenakan biaya sekitar Rp. 10.000. Kemarin saya tidak berfoto dijembatan tersebut karena saya kira gratis, bukan pelit atau apa sih soalnya sebelumnya Muzaki melewati jembatan merah putih ini tanpa dipungut biaya dan sekarang baru diresmikan oleh sebab itu dikenakan biaya.

Area batu ratapan angin
Trek sedikit terjal 
This is it
Pos jembatan merah putih
Cuman foto di sebelah jembatan merah putih
Not bad dari bawah jembatan merah putih
     Setelah puas berfoto-foto kami memutuskan untuk beristirahat sebentar untuk menikmati kentang goreng dan tahu goreng disalah satu warung yang ada disana. Setelah mengisi tenaga kami melanjutkan kembali menuju destinasi selanjutnya yaitu ke kawah sikidang. Untuk menuju ke kawah sikidang kami tidak mengambil motor diparkiran melainkan dari batu ratapan angin kami treking langsung menuju kawah sikidang. Mengapa saya tidak mengambil motor ? karena untuk keluar dari parkiran sangat tidak memungkinkan untuk mengendarai dengan kemacetan yang sangat padat, oleh sebab itu kami memutuskan untuk treking dari batu ratapan angin menuju kawah sikidang ditempuh sekitar 40 menitan. Lumayan jauh sih kalau treking, daripada kami harus membawa motor dan terkena macet kembali oleh sebab itu kami pilih treking ajalah sekalian olahraga...hehehehehe.

     Setelah masuk dikawasan daerah kawah sikidang kami harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 15.000/ orang. Sebenarnya ada ojek sih yang menawarkan jasanya pada waktu itu dengan biaya Rp. 10.000 tapi kami lebih memilih treking aja sambil menikmati suasana hijau di kira dan kanan jalan. Sesampainya di kawah sikidang kami langsung menuju bukit untuk mengabadikan momen dengan berfoto dibeberapa spot, di areal kawah sikidang banyak sekali warung dan ada seperti pasar kecil yang menawarkan oleh-oleh khas dieng mulai dari hasil bumi sampai hasil kerajinan warga setempat.
Selesai dari bukit dan berfoto-foto kami memutuskan untuk turun dan menuju pasar kecil untuk membeli beberapa oleh-oleh buat orang dirumah sekitar pukul 16:00, dipasar ini saya membeli kentang merah dengan ukuran yang kecil-kecil Rp. 25.000 dan juga air putih Rp. 3.000 untuk perjalanan balik ke parkiran motor. Setelah membeli oleh-oleh kami langsung menuju parkiran motor dengan melakukan treking kembali. Sesampai parkiran kami langsung mengambil motor dan langsung menuju rumah mas Dedi dan prepare untuk kembali ke Solo.

Pintu masuk kawah Sikidang
Memasuki area pasar
Salah satu stan di pasar
Bisa juga buat oleh-oleh
Area dalam kawah Sikidang
Top of kawah Sikidang
     Setelah sampai mas Dedi waktu itu pukul 17:00 kami langsung prepare dan orangtua dari mas Dedi memberikan sebuah item menarik sebagai oleh-oleh...item apa yang kami dapat ? jengg..jeng...jeng.......... kami mendapatkan sebuah item berupa satu karung penuh dengan sayur-sayuran seperti daun bawang, wortel, kubis, dan lombok dieng. Alhamdulilah dapet oleh-oleh darisini...tapi bingung mau ditaruh mana soalnya semua tas udah penuh belum lagi kami nanti dijalan harus membeli carica untuk oleh-oleh Rp 30.000 /box. Alhasil kami merombak lagi tas carier yang awalnya berisi sedikit barang menjadi penuh. Setelah barang bawaan beres pukul 18:00 kami berpamitan untuk menuju Solo dan bermalem disana.

     Pada pukul 19:00 kami sampai di alun-alun wonosobo untuk beristirahat dan mencoba untuk membeli mie ongklok khas Wonosobo Rp. 12.000/porsi di tambah dengan tahu bulat Rp. 5.000, ternyata di Wonosobo banyak sekali yang menjual tahu bulat yang lagi hits...hehehehe. Selesai dari alun-alun Wonosobo kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Solo tetapi kami berhenti kembali di daerah Temanggung untuk beristirahat dan mengisi bensin RP. 25.000 sekitar pukul 21:30. Sesampainya di Solo kami langsung istirahat dan menyimpan tenaga untuk melanjutkan perjalanan saya kembal menuju Gresik.

HARI KE 4

     Keesokan paginya pukul 08:00 saya baru bangun dan badan masih terasa capek ditambah mata yang masih berat saya langsung memaksakan untuk bergegas mandi dan sarapan biar sesampai di Gresik tidak terlalu lama. Waktu itu saya baru meninggalkan Solo sekitar pukul 10:00 dan sampai di Gresik sekitar pukul 17:00, sempat waktu itu mengisi bensin di daerah Bojonegoro Rp. 25.000.

Sekian perjalanan trip saya untuk mengikuti acara Dieng Culture Festival tahun ini yang dimulai dari Gresik, Solo, dan berakhir di Dieng. Banyak sekali pengalaman baru yang saya dapat dimulai dari rasa penasaran saya akan menikmati jazz gunung, pesta lampion di Dieng, ditambah dengan anak spesial dari Dieng yaitu dengan rambut gimbalnya. Sampai bertemu di trip perjalanan saya selanjutnya untuk mengexplore alam Indonesia yang sangat indah dan unik ini.

See you............ ^^


Rincian biaya :

Bensin Ngawi-Solo RP 25.000
Jajan di warung Rp 10.000

Hari 1
Belanja tembakau pasar solo + parkir Rp. 62.000*
Bensin Solo-wonosobo Rp. 20.000*
Belanja tembakau pasar legi Rp. 70.000*
Bensin wonosobo-dieng Rp. 25.000*
jajan di wonosobo Rp. 10.000
Ngopi di jazz gunung Rp. 10.000

Hari 2
Tambal ban Rp. 8.000
Ngopi di jazz gunung Rp. 10.000

Hari 3
Tiket Batu ratapan angin + parkir Rp. 12.000
Tiket Kawah sikidang Rp. 15.000
Belanja di kawah sikidang Rp. 28.000
Belanja bahan pokok buat orang rumah mas Dedi Rp. 100.000*
belanja Carica Rp. 30.000
Mie ongklok wonosobo + tahu bulat RP. 17.000
Bensin Temanggung-solo Rp. 25.000*

Hari 4
Bensin Bojonegoro-Gresik Rp. 25.000

Total : Rp. 502.000

Catatan
* (patungan)



You May Also Like

0 komentar